Mengapa jepang memilih India sebagai negara untuk program pertukaran penduduk,bukan negara lain?
Nah, lucunya orang Indonesia yang ribut, padahal ini urusan India–Jepang. Bukan kita, bukan tetangga sebelah, tapi netizen +62 yang heboh duluan. Tenang, mari saya luruskan gosip 500 ribu orang nyasar di medsos itu.
Tokyo dan New Delhi bikin rencana tukeran orang—targetnya 500 ribu dalam lima tahun. Bukan cuma jalan-jalan, tapi juga urusan pemerintahan, industri, akademisi, sampai nge-bantu ekonomi Jepang yang lagi butuh doping semangat. Dari jumlah segede itu, 50 ribu orang India super-skill bakal kerja di Jepang. “Kenapa India, bukan Indonesia?” tanya netizen kepo. Jawabannya simpel: India orangnya 1,4 miliar, ekonominya lagi ngebut, plus stok programmer handal mereka kayak Indomaret—ada di mana-mana. Jepang yang lagi krisis tenaga kerja jelas kepincut.
Di Indonesia aja, bos-bos digital banyak yang orang India, lho! Indosat dipimpin Vikram Sinha, Ericsson dipegang Krishna Patil, XL Smart ada Rajeev Sethi. Jadi jangan heran kalau paket kuota kamu sebetulnya “made in India.” Kalau di sini aja kita percaya sama orang India buat dorong transformasi digital, masa Jepang nggak boleh? Toh sudah terbukti, orang India di dunia korporat itu jagonya, dari Silicon Valley sampai Bollywood Valley.
Orang suka khawatir sama perangai orang India di luar negeri. Tapi, halo… sadar nggak sih kalau “Indonesia” artinya kepulauan India dalam bahasa Yunani? Jadi kalau mau nyinyir, jangan lupa kita ada “unsur Indianya” juga.
Terus, jangan nge-judge India cuma dari konten jorok di medsos. Kalau gitu logikanya sama aja kayak orang luar nge-judge Indonesia dari kelakuan jamet TikTok. Mau terima nggak kalau di luar negeri dibilang “Eh, kamu kan orang Indonesia, yang joget-joget cringe itu kan?” Ya nggak kan.
India di Jepang juga bukan asal comot SDM rendah, bro. Mereka ditempatkan di industri teknologi—track recordnya udah diakui negara Barat. Yang penting Jepang bikin regulasi biar nggak kecolongan SDM abal-abal. Sama kayak TKI kita di Jepang: ada yang rajin, ada yang bikin malu (bikin onar, sekte silat, dll). Tapi bukan berarti semua orang Indonesia begitu, kan? Nah, sama juga dengan orang India.
Intinya: jangan rasis duluan, kalau nggak mau di-racisin* balik.
Komentar
Posting Komentar