Urat yang terpotong
Seorang kakek datang ke puskemas dengan tangan terbalut perban, perlahan mendekat dan akupun menghentikan aktivitas memetik jagung manis disamping rumah dinasku.
"Dokter, minta tolong tangan saya kena mesin gerinda saat bekerja, sudah dilihat di bidan desa dibilang uratnya putus" katanya kepadaku.
Setelah perban dibuka, memang benar uratnya putus, namun sayang karena sifatnya yang elastis urat tersebut terdorong masuk jauh ke dalam mendekati arah pergelangan tangan dan sudah tak terlihat. Artinya tak dapat disambungkan oleh kami disini, kalaupun mau disambungkan operasi di Rumah Sakit menjadi satu - satunya pilihannya. Kerumah sakit bukanlah pilihan yang mudah untuk masyarakat di daerah kami ini. Perlu waktu lima jam, sewa mobil dan bensin jutaan, belum ditambah masalah ini dan itu membuat kebanyakan pasien akan "merelakan" sebisanya saja di puskesmas, walaupun sebenarnya kondisinya akan lebih baik bila mendapatkan penanganan yang lebih paripurna di rumah sakit. Disitulah kadang aku merasa sedih.
"Opa coba gerakan jari- jarinya" pintaku untuk memastikan pergerakan masih dapat dilakukan.
Setelah berdiskusi dan meminta pandangan, kakek tersebut memilih untuk dilakukan penjahitan di puskesmas saja, sebisanya dengan segala usaha terbaik ditengah keterbatasan yang ada
Sulawesi.2020
Komentar
Posting Komentar