Mengapa manusia selingkuh ?
Saya nulis ini di pagi-pagi buta karena gak bisa tidur habis minum kopi. Daripada rebahan sambil overthinking saya memilih nonton podcast-nya Dilan di channel Bang Densu. Jujur antara benar dan salah karena saya gak kuat lihat sampai akhir karena takut. Saya punya trust issue akan perselingkuhanπ₯² tapi mari kita abaikan trust issue itu dan mengulik mengapa hal ini bisa terjadi.
Saya coba nulis analisis dari sudut pandang saya sendiri. Ini cuma opini pribadi ya, gak bisa digeneralisasi untuk semua kasus perselingkuhan. Tapi semoga bisa jadi bahan refleksiπ
Laki-laki cenderung merasa berdaya dan berharga saat dia bisa menaklukkan tantangan, termasuk dalam hal memberi, melindungi, dan menafkahi. Ketika Dilan ngasih semua kepada suaminya, termasuk finansial, validasi, kenyamanan, bahkan mungkin pengampunan berkali-kali, maka secara tidak langsung insting maskulinitas laki-laki ini jadi tumpul. Dia gak lagi merasa perlu berjuang untuk mempertahankan atau membuktikan diri. (Alasan mengapa Dilan menerimanya bisa dijelaskan juga, tapi saya fokus ke lelakinya saja).
Nah,
Hal ini tidak berarti perempuan tidak boleh memberi atau berkontribusi ya. Tp dalam hubungan yang sehat itu harus ada keseimbangan yaitu saling memberi dan saling berjuang. Jika hanya satu pihak yang terus-menerus memberi, maka hubungan menjadi timpang dan menciptakan ruang bagi pasangan yang tdk dewasa secara emosional untuk merasa berkuasa tanpa beban tanggung jawab.
Jika seorang laki-laki tidak memiliki kesadaran tanggung jawab sebagai pemberi nafkah atau pelindung secara emosional, maka dia cenderung mencari tantangan lain di luar. Dan dalam konteks ini, selingkuh sebagai bentuk pembuktian diri yang salah tempat.
Saya pribadi sbagai perempuan, punya harapan yang sederhana untuk pasangan saya kelak. Saya ingin dia bisa menjaga kepercayaan yang saya berikan dengan penuh kesadaran, karena saya pun berusaha menjadi perempuan yang baik, yang tahu batas. Saya tidak akan mengambil peran yang bukan milik saya. Saya tahu saya mampu mandiri, tapi bukan berarti saya harus menggantikan tanggung jawab laki-laki hanya karena saya bisa. Saya memang bukan perempuan yang selalu lembut wkwk saya sensitif, mudah overthinking, kadang membuat suasana jadi rumit, tapi saya harap pasangan saya cukup dewasa dan cukup mencintai saya untuk meredam egonya tanpa lelah. Saya pun akan belajar mengendalikan ego saya, karena pada akhirnya ini hanya tentang keputusan sadar untuk tetap memilih satu sama lain setiap hari✨
Komentar
Posting Komentar