Apa kejadian yang pernah membuat mu
Entah seberapa berat beban di pundaknya, dari cara berbicaranya nampak depresi sampai gelap mata,tega menggorok ke 3 anaknya.
Aku setuju untuk tidak membenarkan perbuatannya
Tapi, alasan di baliknya tentu membuat terenyuh semuanya
“Saya nggak gila Pak”
"Saya ini enggak gila. Saya ingin menyelamatkan anak-anak biar enggak hidup susah. Harus mati biar enggak sedih kayak saya"
“Saya hanya ingin disayang”
“Sama suami”
Mba Kanti terkenal pendiam dan tidak banyak omong.
Tapi, mngkn banyak beban yang dia pendam.
alasannya,tega berbuat demikian ke anaknya adalah dia mau menyelamatkan anaknya biar gak dibentak- bentak, biar mereka mati,gak perlu merasakan sedih
Manusia tentu punya kekuatan beban pikir yang berbeda
Sekuat-kuat iman, Ini tidak menjamin seorang untuk bisa terus bertahan dengan kewarasannya. Apalagi,jika masalah hidup justru muncul dari orang-orang yang seharusnya bisa mengayominya,malah memperlakukannya tidak selayaknya
Ibarat satu colokan listrik,kalau diberi beban lebih ketika satu colokan dihubungkan ke banyak terminal
Maka dapat berpotensi menyebabkan korsleting atau overheating apalagi jika dihubungkan dengan benda dengan watt besar
Mba Kanti tidak kurang iman,miris masih banyak komentar demikian
Mba Kanti hanya kurang kasih sayang,kurang didengar oleh orang sekitar.
Semoga tidak ada kanti- kanti lainnya lagi
Semoga,kita bisa lebih peduli ke orang terdekat。Anak-anak butuh kasih sayang total dari orang tua。jangan sampai mengalami trauma masa kecil seperti mba Kanti
Yang terbawa hingga dewasa,dan masih merasa,hidupnya dari kecil tidak bahagia
Semoga,para suami banyak yang sadar. Bahwa wanita adalah tulang rusuk
Bukan tulang punggung,yang mesti menanggung beban ekonomi keluarga
Mba kanti melakukan demikian karena masalah ekonomi dan lingkungan yang kurang support padanya
Orang yang mengalami mental health pasti lebih bisa mengerti.
Yang ga pernah ngalami,hidupnya anteng,bahagia,lurus,keluarga jadi support system baik,bakalan susah paham,dan kebanyakan ngejudge kurang imanlah,inilah,itulah,tanpa tahu bahwa mental health itu ada dan nyata.
Dibilang kesurupan segala macem.
Dan berbondong bondong orang ngejudge dengan seenak jidat.
Saya pernah diposisi Mb Kanti sampai sekarang saya masih berusaha dan harus berdamai dengan rasa sakit saya.
Ketika saya bilang saya memaafkan tapi hati dan otak saya akan mengingat terus dan luka itu akan perih ketika ada sesuatu yg mengingatkan saya akan luka itu,saya akan marah berteriak atau saya akan diam berhari2 tanpa berbicara.
Alhamdulillah saya masih punya iman ketika keinginan yg dilarang agama terlintas dalam otak jahat saya .. selalu istighfar menyebutkan nama Allah..ketika perasaan marah benci itu hadir demi menjaga kewarasan saya sholat,wirid sampe tertidur berharap ketika bangun tidur semua akan baik-baik saja。
Saya penyintas mental health, sudah hampir dari 2004 sampai detik ini berjuang agar bisa kembali "normal".
Psikiater sendiri mendiagnosa bipolar. Saya susah mengontrol emosi dan gampang sekali ketriger. Sering banget insecure, saya anxiety.
saya ingin bercerita, saya ingin didengarkan tanpa perlu dihakimi , jujur saya butuh seseorang yg mau mendengarkan saya, tpi terkadang orang hanya ingin tau saja kenapa, bukan peduli
"Tapi sungguh, jangan dilawan semua hari-hari menyakitkan itu. Jangan pernah kau lawan. Karena kau pasti kalah. Mau semuak apa pun kau dengan hari- hari itu, matahari akan tetap terbit indah seperti yang kita lihat sekarang. Mau sejijik apa pun kau dengan hari- hari itu, matahari akan tetap memenuhi janjinya, terbit dan terbit lagi tanpa peduli apa perasaanmu. Kau keliru sekali jika berusaha melawannya, membencinya, itu tidak pernah menyelesaikan masalah."
"Peluklah semuanya, . Peluk erat-erat. Dekap seluruh kebencian itu. Hanya itu cara agar hatimu damai. Semua pertanyaan, semua keraguan, semua kecemasan, semua kenangan masa lalu, peluklah mereka erat-erat. Tidak perlu disesali, tidak perlu membenci, buat apa? Bukankah kita selalu bisa melihat hari yang indah meski di hari terburuk sekalipun?"
Komentar
Posting Komentar