Tokoh asing yang terlibat dalam kemerdekaan Indonesia
Shigeru Ono (26 September 1918 – 25 Agustus 2014)
Pada 14 Agustus 1945, Jepang resmi menyatakan menyerah kepada aliansi Sekutu. Itu terjadi beberapa hari setelah kota Hiroshima dan Nagasaki dibom atom oleh Amerika Serikat.
Tidak seperti tentara Belanda yang bahagia ketika mendengar kabar menyerahnya Jepang itu, tentara Jepang kecewa dan justru dilanda rasa kebingungan. Tentara Jepang di Indonesia dilanda dua kebingungan, yaitu kembali ke Jepang atau bertahan di Indonesia.
Tentara Jepang di Indonesia.
Shigeru Ono, yang lahir pada tanggal 26 September 1919 di Furano, Hokkaido, merupakan seorang serdadu Tentara ke-16 Angkatan Darat Jepang yang bertugas di Jawa. Ketika Shigeru Ono dilanda dua kebingungan yaitu kembali ke Jepang atau bertahan di Indonesia, ia memilih untuk bertahan dan tinggal di Indonesia.
Sebenarnya, Shigeru Ono bukanlah satu-satunya tentara Jepang yang memutuskan untuk memilih bertahan di Indonesia. Menurutnya Shigeru Ono sendiri, sebanyak 80 persen tentara Jepang yang ada di Bandung memilih untuk bertahan di Indonesia.
Shigeru Ono kemudian memutuskan untuk keluar dari ketentaraan Jepang. Setelah itu, ia mencoba menjadi orang "Indonesia" dengan cara menggunakan pakaian sarung dan peci, melumuri tubuhnya dengan lumpur agar kulitnya menjadi lebih gelap, dan menambahkan nama "Rahmat" yang diletakkan di nama depannya, dari situ namanya berubah menjadi Rahmat Shigeru Ono.
Banyaknya tentara Jepang yang memutuskan untuk menetap di Indonesia tentu bisa dimanfaatkan oleh pihak Republik. Kepala Badan Rahasia Negara yang pertama yaitu Zulkifli Lubis, pernah menugaskan dua orang perwira Jepang untuk mengajarkan teknik-teknik paramiliter sebagai bagian dalam pelatihan calon intel yang ada di Jakarta.
Zulkifli Lubis (26 Desember 1923 – 23 Juni 1993)
Shigeru Ono sendiri juga pernah mendapatkan perintah tugas dari petinggi militer pihak Republik dan Zulkifli Lubis, Shigeru Ono pernah mendapat tugas untuk merangkum 30 buku teknik perang dan diminta untuk menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Ia mulai mengerjakan perintah tugas itu pada tanggal 13 Februari 1946.
Tentu Shigeru Ono tidak mengerjakan itu sendirian, ia bersama dengan Adam Takigami, Abdul Rahman Tatsuo Ichiki, dan Karman Katano mengerjakan tugas tersebut. Hasilnya adalah menjadi dua buku, satu buku untuk Markas Besar Tentara yang ada di Yogyakarta, dan satu buku lagi yang membahas tentang taktik khusus perang gerilya yang dikerjakan khusus atas permintaan Zulkifli Lubis.
Pada 24 Juli 1948, Shigeru Ono bersama dengan 27 bekas tentara Jepang lainnya membentuk sebuah pasukan. Pasukan tersebut dinamakan sebagai Pasukan Gerilya Istimewa (PGI). Dalam PGI sendiri, Shigeru Ono ditugaskan di wilayah Dampit, Jawa Timur.
Buku berjudul "Memoar Rahmat Shigeru Ono: Bekas Tentara Jepang yang Memihak Republik", ditulis oleh Eiichi Hayashi.
Usai Indonesia mendapatkan pengakuan kedaulatan pada 1949, Shigeru Ono memutuskan menjadi WNI dan memutuskan untuk tinggal di Batu, Jawa Timur. Shigeru Ono meninggal dunia pada 25 April 2014 pada usianya yang menginjak 95 tahun di Batu, Jawa Timur.
Beliau ini adalah seorang pilot dan seorang aktivis kemerdekaan yang berasal dari negara bagian Odisha. Pada tahun 1947, dia mendirikan sebuah maskapai penerbangan yang bernama Kalingga Airlines yang enam tahun kemudian bergabung dengan Indian Airlines.
Mengenai Indonesia, beliau ini membantu Indonesia dalam masa Revolusi Nasional Indonesia. Seperti yang kamu tahu, selama masa Revolusi Nasional, Belanda memberlakukan blokade yang ketat sehingga akses bantuan kemanusiaan sulit untuk didistribusikan ke daerah yang dikuasai oleh pemerintah Indonesia baik dari darat, udara, maupun air. Akibtanya, banyak orang Indonesia yang menderita.
Oleh karena itu, Jawaharlal Nehru meminta kepada Patnaik untuk membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia dengan menerbangkan pesawatnya yang memuat bantuan obat-obatan dan logistik ke Indonesia. Pada bulan Juli 1947, Pesawat Dakota yang dia kemudikan mendarat di Lanud Maguwo (sekarang Bandara Adisucipto) dan dia menghabiskan waktu di Yogyakarta selama dua minggu untuk bertemu dengan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia seperti Bung Karno, Sjahrir, dll.
Nah pada saat dia ingin kembali ke India, Belanda mengancam akan menembak pesawat Dakota Kalingga Airlines. Namun ancaman ini tidak membuat Patnaik getar. Dia memberikan ancaman balik kepada Belanda yang mana India akan menarik fasilitas pendaratan KLM di India jika Belanda menembak pesawat milik maskapai Kalingga Airlines.
Akhirnya, dia bisa balik kembali ke India pada tanggal 21 Juli 1947 dengan membawa rombongan delegasi Korwani dalam All Indians Women’s Congress dan juga Sutan Sjahrir. Nantinya, Sutan Sjahrir memanfaatkan kunjungan luar negerinya untuk mencari dukungan dunia terhadap Indonesia. Sjahrir sempat bertemu dengan Nehru dan dari pertemuan tersebut, Nehru mengambil sikap untuk mengecam keras tindakan Belanda. Dari situlah, India bersama Australia membawa isu Indonesia di Sidang Dewan Keamanaan PBB.
Pada akhir Juli 1947, beliau kembali ke Yogyakarta untuk bertemu dengan Soekarno dan kemudian ke Bukittinggi untuk bertemu Bung Hatta. Setelah menghabiskan beberapa hari di Bukittinggi, Patnaik kembali ke India dengan membawa Hatta kesana. Sesampainya di India, Hatta bertemu dengan Nehru untuk meminta bantuan dari India. Hasilnya, Nehru setuju untuk memberikan bantuan berupa obat-obatan dan barang-barang lainnya.
Patnaik juga berperan besar bagi para pilot Indonesia yang ingin belajar di India. Pada saat itu, banyak sekolah penerbangan di India menolak orang Indonesia karena India belum resmi mengakui Indonesia (bulan Februari 1948). Berkat lobi dari Patnaik, akhirnya pilot Indonesia dibolehkan untuk bersekolah di Sekolah Penerbangan di India.
Setelah itu Patnaik mengemban beberapa posisi strategis di pemerintahan dimulai dari Ketua Menteri Odisha hingga Menteri Besi, Tambang, dan Batubara dalam Kabinet Moraji Desai (1977–1980).
Gelar Bintang Jasa.
Berkat jasanya, pemerintah Indonesia memberikan beberapa gelar kepada Biju Patnaik yaitu warga negara kehormatan, gelar Bumiputra pada tahun 1973, dan gelar Bintang Jasa Utama yang dianugerahkan kepada dia pada perayaan HUT-RI ke 50 tahun. Oh ya, Pemerintah Indonesia pernah memberikan tanah di hutan seluas 500 hektar, rumah mewah, dan diberikan kemudahan untuk mendirikan bisnis di Indonesia pada tahun 1950. Namun beliau menolak tawaran tersebut.
Dan ini fakta lainnya. Biju Patnaik meminta kepada Soekarno agar menamai anak perempuan yang satu ini "Megawati". Akhirnya dia setuju dan nama anak yang nantinya akan menjadi presiden ke-5 yaitu Dyah Permata Megawati Setyawati Sukarnoputri.
Berkat jasa Biju Patnaik, isu Indonesia bisa terdengar di dunia dan akhirnya muncul berbagai solidaritas-solidaritas terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia. Belum lagi, Indonesia bisa mendapatkan bantuan kemanusiaan dari India walaupun dalam jumlah yang agak terbatas.
Oh ya dia ini cukup populer di Quora Internasional dan ada beberapa pertanyaan tentang Patnaik dan Indonesia.
Tapi sayangnya orang ini kurang terkenal di Indonesia. Jasa beliau jarang diekspos di buku sejarah Indonesia. Jujur saja, saya pertama kali mendengar nama Biju Patnaik dari Quora.
Komentar
Posting Komentar